Hama wereng |
Jeruk Mete: Penanaman yang Menggiurkan di Pegunungan Bengkulu
Pegunungan Bengkulu yang diberkahi oleh curah hujan yang cukup, kisaran 1.000-2.000 mm/tahun, dan ketinggian sekitar 700 meter di atas permukaan laut adalah tempat yang sempurna untuk menanam jambu mete. Tanaman jambu mete dapat tumbuh subur di sini, namun, mereka juga berhadapan dengan tantangan serius seperti serangan oleh makhluk mungil yang mungkin tidak Anda bayangkan: wereng jambu mete.
Menantang Wereng Jambu Mete
Wereng jambu mete adalah musuh utama yang mengintai tanaman ini. Hama ini memilih tanaman jambu mete yang masih muda, menyerang daun, tangkai bunga, dan buah muda. Serangan utamanya terjadi selama masa pembungaan, yang biasanya dimulai pada Mei hingga Juni, mencapai puncaknya pada Agustus hingga September. Jika populasi wereng ini besar, bagian tanaman yang diserang akan mengering, bahkan buahnya bisa tidak tumbuh. Serangan juga dapat mengganggu proses penyerbukan. Kondisi ini menjadi lebih buruk karena wereng jambu mete mengeluarkan cairan lengket yang memicu pertumbuhan jamur sukulen pada daun, menghambat proses fotosintesis dan membuat tanaman tampak tidak sehat.
Wereng Jambu Mete: Si Makhluk Menyebalkan
Wereng jambu mete adalah serangga kecil yang sebenarnya sangat berbeda dari hama lainnya. Terlepas dari ukurannya yang kecil, serangga ini dapat menyebabkan kerusakan yang cukup besar pada tanaman jambu mete. Mereka adalah bagian dari ordo Hemiptera dan masuk dalam keluarga Flatidae. Secara ilmiah, serangga ini dikenal sebagai Sanurus indecora.
Menguak Keunikan Sanurus Indecora
Pada awalnya, serangga ini dikenal dengan nama Lawana sp. Namun, setelah penelitian lebih lanjut, identifikasi oleh Laboratorium Entomologi Balittro Zoologi-LIPI mengungkapkan bahwa serangga ini sebenarnya adalah Sanurus indecora. Sanurus indecora lebih kecil dibandingkan dengan Lawana sp., dan berbeda dalam bentuk carina dan kerutan serta bentuk tubuh dan tulang belakang. Perbedaan-perbedaan ini menjadi faktor penting dalam identifikasi serangga ini.
Musuh Alami dalam Pertempuran Biologis
Untungnya, ada cara untuk mengendalikan populasi wereng jambu mete secara alami. Pengendalian biologis melibatkan penggunaan predator, parasitoid, dan patogen yang bertindak sebagai agen pengendali hama ini.
Musuh Alami Wereng Jambu Mete
Beberapa musuh alami wereng jambu mete telah berhasil diidentifikasi dan bisa digunakan dalam upaya pengendalian. Salah satu yang paling menjanjikan adalah parasitoid telur bernama Aphanomerus sp. Parasitoid ini mampu menjadi parasit pada telur wereng hingga 83% - 93,2%. Ada juga parasitoid lain seperti mole Epieurybrachys sp. Selain itu, serangga ini memiliki musuh alami lain seperti kumbang Coccinellidae, laba-laba, Chrysopa sp., lalat liar (Asilidae), belalang (Mantidae), belalang (Tettigoniidae), dan semut rangrang.
Mengubah Lingkungan untuk Melindungi Musuh Alami
Pengendalian hama yang efektif melibatkan perlindungan dan peningkatan musuh alami. Ini bisa dicapai dengan mengubah lingkungan sekitar. Alternatif inang/korban, sumber nektar, dan teknik budidaya tanaman yang disesuaikan dapat membantu menguatkan peran musuh alami. Juga penting untuk menghindari praktik-praktik yang dapat membahayakan musuh alami, seperti penggunaan insektisida berlebihan.
Menemukan Keseimbangan dalam Pertanian
Mengendalikan hama secara ekologis dan berkelanjutan adalah tantangan yang tak kalah pentingnya dalam pertanian modern. Dengan menggabungkan berbagai metode pengendalian secara sinergis, kita dapat mencapai Pertanian Terpadu yang efektif dalam mengontrol populasi hama. Dalam hal ini, perubahan positif pada ekosistem pertanian dapat memberikan hasil yang lebih sehat dan berkelanjutan.
Jadi, tanaman jambu mete di pegunungan Bengkulu bukan hanya tentang penanaman yang menggiurkan, tetapi juga tentang menjaga keseimbangan lingkungan alam yang memberikan hasil panen yang berkualitas.